Pembobolan data atau kebocoran data bisa lebih dari sekadar teror sementara — jalan hidup Anda bisa berubah. Baik perusahaan, pemerintah, maupun individu bisa mengalami masalah besar jika informasi sensitif bocor. Baik sedang offline maupun online, peretas bisa menghubungi Anda lewat internet, Bluetooth, pesan teks, atau layanan online yang sedang digunakan.
Tanpa perhatian yang cermat, kerentanan kecil bisa menyebabkan pembobolan data secara besar-besaran.
Karena banyak yang tidak menyadari betapa umumnya cara kerja ancaman keamanan modern, mereka tidak memperhatikannya.
Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan tentang pembobolan data dan dampaknya bagi Anda.
Saat menelaahnya, Anda akan menemukan jawaban atas beberapa pertanyaan yang sering diajukan:
- Apa itu pembobolan data?
- Apa penyebab pembobolan data?
- Seberapa besar dampak pembobolan data terhadap saya?
- Apa yang bisa saya lakukan untuk mencegah pembobolan data?
Sebelum menelaah lebih jauh, mari mulai dengan definisi singkat tentang pembobolan data.
Apa Itu Pembobolan Data?
Definisi: pembobolan data bisa mengekspos informasi rahasia, sensitif, atau dilindungi kepada orang yang tidak berhak. Berkas-berkas data yang dibobol bisa dilihat dan/atau dibagikan kepada orang lain tanpa izin.
Siapa pun berisiko mengalami pembobolan data — mulai dari individu hingga perusahaan besar dan pemerintah. Yang lebih penting, siapa pun bisa membuat orang lain terpapar risiko jika tidak dilindungi.
Biasanya pembobolan data terjadi karena ada kelemahan dalam:
- Teknologi
- Perilaku pengguna
Meski komputer dan perangkat seluler memiliki fitur-fitur yang lebih konektif, ada lebih banyak celah kebocoran data. Teknologi baru dibuat lebih cepat daripada kemampuan kita untuk melindunginya.
Perangkat di sektor IoT merupakan bukti bahwa kita makin mengutamakan kenyamanan daripada keamanan.
Ada banyak produk “rumah pintar” yang memiliki celah, seperti ketiadaan enkripsi, dan peretas bisa memanfaatkannya.
Karena produk, layanan, dan alat-alat digital baru digunakan tanpa pengujian keamanan yang memadai, masalah ini akan terus bertambah.
Meski teknologi titik akhir telah disiapkan dengan baik, sebagian pengguna masih memiliki kebiasaan digital yang buruk. Cukup satu orang untuk membahayakan situs web atau jaringan.
Tanpa keamanan menyeluruh baik di tingkat pengguna maupun perusahaan, kita senantiasa berada dalam risiko.
Melindungi diri sendiri dan orang lain dimulai dari pemahaman bagaimana pembobolan data bisa terjadi.
Bagaimana Pembobolan Data bisa terjadi?
Kita berasumsi bahwa pembobolan data dilakukan oleh peretas luar, tetapi hal itu tidak sepenuhnya benar.
Alasan terjadinya pembobolan data terkadang bisa dilihat kembali kepada serangan yang disengaja. Namun, pembobolan data juga bisa terjadi akibat kelalaian individu atau kelemahan dalam infrastruktur perusahaan.
Berikut cara terjadinya pembobolan data:
- Orang Dalam yang Tidak Disengaja: Misalnya seorang karyawan menggunakan komputer rekan kerjanya dan membaca berkas tanpa izin yang memadai. Aksesnya tidak disengaja, dan tidak ada informasi yang dibagikan. Namun, karena dilihat orang yang tidak berhak, data tersebut dianggap telah dibobol.
- Orang Dalam yang Berniat Jahat: Orang ini sengaja mengakses dan/atau membagikan data untuk menimbulkan kerugian individu atau perusahaan. Orang dalam yang berniat jahat mungkin memiliki wewenang untuk menggunakan data, tetapi berniat untuk menyalahgunakan informasinya.
- Perangkat yang Hilang atau Dicuri: Laptop atau hard drive eksternal yang tidak dienkripsi dan tidak dikunci — perangkat apa pun yang memiliki informasi sensitif — hilang.
- Penjahat Luar yang Berniat Jahat: Peretas ini menggunakan berbagai vektor serangan untuk mengumpulkan informasi dari jaringan atau individu.
Metode Berbahaya yang Dimanfaatkan untuk Membobol Data
Karena pembobolan data disebabkan oleh serangan siber, Anda wajib tahu hal yang perlu diwaspadai.
Berikut beberapa metode populer yang digunakan oleh peretas
- Phishing
- Serangan Brute Force
- Malware
Phishing. Serangan rekayasa sosial ini dirancang untuk memperdaya Anda supaya data bisa dibobol. Pelaku phishing menyamar menjadi orang atau perusahaan tepercaya supaya mudah menipu Anda. Penjahat ini akan berupaya membujuk Anda supaya mau menyerahkan akses ke data sensitif atau memberikan data itu sendiri.
Serangan brute force. Dalam pendekatan yang lebih nekat, peretas bisa menggunakan perangkat lunak untuk menebak kata sandi Anda.
Serangan brute force
mengupayakan seluruh kemungkinan kata sandi Anda sampai tebakannya benar. Serangan ini butuh banyak waktu, tetapi prosesnya makin cepat karena kecepatan komputer meningkat. Peretas bahkan membajak perangkat lainnya seperti perangkat Anda dengan infeksi malware untuk mempercepat prosesnya. Jika kata sandi lemah, cukup butuh beberapa detik untuk membobolnya.
Malware. Sistem operasi, perangkat lunak, perangkat keras, atau jaringan dan server perangkat yang terhubung bisa memiliki celah keamanan. Celah perlindungan ini dicari penjahat sebagai tempat yang tepat untuk memasukkan malware. Spyware sangat cocok untuk mencuri data pribadi tanpa terdeteksi sama sekali. Mungkin infeksi ini tidak diketahui sampai sudah terlambat.
Apa yang Diincar dalam Pembobolan Data?
Meski pembobolan data bisa diakibatkan oleh kesalahan yang tidak disengaja, kerusakan besar bisa terjadi jika orang dengan akses tidak sah mencuri dan menjual Informasi Pengenal Pribadi (PII) atau data intelektual perusahaan demi keuntungan materi atau untuk menimbulkan kerugian.
Penjahat cenderung mengikuti pola dasar: menargetkan organisasi untuk dibobol membutuhkan perencanaan. Mereka menyelidiki korban untuk mengetahui letak kerentanan, seperti pembaruan yang hilang atau gagal, dan kerentanan karyawan terhadap penipuan phishing.
Peretas mempelajari kelemahan target, lalu mengembangkan upaya penipuan supaya orang dalam tidak sengaja mengunduh malware. Terkadang mereka langsung menyerang jaringan.
Setelah berhasil masuk, penjahat bebas mencari data yang diinginkan — dan memiliki banyak waktu untuk melakukannya, karena rata-rata pembobolan membutuhkan waktu lebih dari lima bulan supaya terdeteksi.
Berikut kerentanan umum yang ditargetkan penjahat:
- Kredensial lemah: Sebagian besar pembobolan data disebabkan oleh kredensial curian atau lemah. Jika penjahat memiliki kombinasi nama pengguna dan kata sandi Anda, jaringan Anda terbuka untuk diakses. Karena sebagian besar orang selalu menggunakan kata sandi yang sama, penjahat siber bisa melancarkan serangan brute force supaya bisa mengakses email, situs web, rekening bank, dan sumber data pribadi atau keuangan lainnya.
- Kredensial curian: Pembobolan akibat phishing merupakan masalah keamanan utama dan jika penjahat siber memperoleh Data Pribadi ini, mereka bisa memanfaatkannya untuk mengakses berbagai hal seperti rekening bank dan akun online Anda.
- Aset yang diretas: Berbagai serangan malware dimanfaatkan untuk meniadakan langkah-langkah autentikasi berkala yang biasanya melindungi komputer.
- Penipuan Kartu Pembayaran: Card skimmer (alat pencuri informasi kartu) dipasang di pompa bensin atau ATM, lalu mencuri data saat kartu digesek.
- Akses pihak ketiga: Meski Anda berupaya keras untuk menjaga keamanan jaringan dan data, penjahat bisa memanfaatkan vendor pihak ketiga untuk menyusup ke sistem Anda.
- Perangkat Seluler: Jika karyawan diperbolehkan untuk membawa perangkat (BYOD) ke tempat kerja, perangkat yang tidak aman bisa mengunduh aplikasi yang mengandung malware sehingga peretas bisa mengakses data di dalamnya. Biasanya berupa email dan berkas kantor serta data pribadi pemiliknya.
Kerusakan Akibat Pembobolan Data
Sering kali pembobolan data tidak bisa diperbaiki hanya dengan sedikit perubahan kata sandi. Dampak kebocoran data bisa menjadi masalah jangka panjang bagi reputasi, keuangan Anda, dan sebagainya.
Bagi perusahaan: pembobolan data bisa berdampak buruk pada reputasi dan keuntungan finansial sebuah organisasi/perusahaan. Beberapa perusahaan seperti Equifax, Target, dan Yahoo, misalnya, telah menjadi korban pembobolan data. Dan saat ini, banyak orang mengaitkan/mengingat perusahaan-perusahaan ini karena kejadian pembobolan data, bukan aktivitas bisnis mereka.
Bagi badan pemerintah: data yang diretas bisa berarti membocorkan informasi rahasia kepada pihak asing. Operasi militer, urusan politik, dan informasi lengkap tentang infrastruktur utama nasional bisa menimbulkan ancaman besar bagi pemerintah dan warga negaranya.
Bagi individu: pencurian identitas merupakan ancaman besar bagi korban pembobolan data. Kebocoran data bisa mengungkapkan segalanya, mulai dari nomor jaminan sosial hingga informasi perbankan. Jika penjahat memperoleh informasi ini, mereka bisa melakukan segala jenis penipuan atas nama Anda. Pencurian identitas bisa merusak kepercayaan kredit Anda, menjerat Anda dengan masalah hukum, dan persoalan ini sulit ditangani.
Meski termasuk kasus umum, kerugian akibat pembobolan data bisa jauh melebihi masalah ini. Jadi, sebaiknya Anda menyelidiki apakah data Anda telah terekspos. Untuk mengetahui apakah akun pribadi atau kantor Anda telah diretas, gunakan https://haveibeenpwned.com/ untuk memeriksanya (alat ini memeriksa pembobolan data di alamat email dan melaporkan kebocorannya).
Mungkin Anda menginginkan pemantauan yang lebih komprehensif untuk mengetahui secara waktu nyata apakah data pribadi telah bocor. Produk-produk seperti Kaspersky Premium menawarkan pendeteksian kebocoran data dan membantu Anda menangani situasi tersebut.
Tentu saja, cara terbaik untuk melindungi diri adalah jangan menjadi korban pertama. Tidak ada paket keamanan yang sempurna, tetapi ada cara untuk melindungi diri, baik individu atau perusahaan.
Cara untuk tidak menjadi korban Pembobolan Data
Pencegahan pembobolan data melibatkan semua orang di setiap tingkatan — mulai dari pengguna akhir hingga staf TI, dan semua orang di antaranya.
Jika Anda merencanakan cara mencegah pembobolan atau kebocoran data, sistem keamanan bisa dirusak jika ada celahnya. Setiap orang yang menggunakan sebuah sistem berpotensi memiliki kerentanan. Bahkan anak kecil yang menggunakan tablet di jaringan rumah Anda bisa menjadi sumber risiko.
Berikut beberapa praktik terbaik supaya terhindar dari pembobolan data
- Melakukan patch dan pembaruan perangkat lunak segera setelah opsinya tersedia.
- Enkripsi tingkat tinggi untuk data sensitif.
- Membarui perangkat jika perangkat lunaknya tidak lagi didukung pabrikan.
- Memperkuat kebijakan keamanan BYOD, seperti mewajibkan semua perangkat menggunakan layanan VPN level perusahaan dan perlindungan antivirus.
- Menggunakan kredensial kuat dan autentikasi multifaktor untuk mendorong praktik keamanan siber yang lebih baik. Mendorong pengguna untuk menggunakan pengelola kata sandi bisa membantu.
- Memberikan edukasi kepada karyawan untuk melakukan praktik keamanan terbaik dan cara menghindari serangan rekayasa sosial.
Produk yang Direkomendasikan: